Sabtu, 08 Oktober 2022


 Lokakarya kedua kegiatan diatas adalah saat lembar kerja rencana penyampaian penerapan disiplin di sekolah, adapun kegiatan saya adalah :

1.Disseminasi penerapan budaya positif disekolah

2. Disseminasi Keyakinan Kelas

3. Disseminasi lima posisi kontrol guru

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

 


1.     Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?
1. pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh 

Materi pembelajaran yang baru saja saya peroleh adalah prinsip dan paradigma coaching untuk supervise akademik. Saya juga belajar tentang alur TIRTA, TIRTA merupakan  satu model coaching untuk konteks pendidikan. TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model. Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk menggali potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.

TIRTA kepanjangan dari T: Tujuan I: Identifikasi R: Rencana aksi TA: Tanggung jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Kita, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.

  1. Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid (Tomlinson 2000). Sebelum merancang pembelajaran berdiferensiasi, terlebih dahulu kita dapat memetakan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu aspek kesiapan, minat dan profil murid. Ketiga aspek tersebut dapat ditelusuri dari murid salah satunya melalui proses coaching. Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran murid diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar murid. Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal karena Pembelajaran berdiferensiasi berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan guru merespon kebutuhan belajar murid tersebut.

  1. Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk 1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi 2) menetapkan dan mencapai tujuan positif 3)merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain 4)membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta 5)membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dalam membimbing murid membuat keputusan yang bertanggung jawab salah satunya dapat dilakukan dengan proses coaching. 

Pembelajaran Sosial-Emosional berbasis kesadaran penuh untuk mewujudkan kesejahteraan (well-being). Kompetensi Sosial Emosional tersebut yaitu kesadaran diri (pengenalan emosi), pengelolaan diri (pengenalan emosi dan fokus), kesadaran diri (empati), keterampilan sosial (resiliensi) dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.

 
2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar 

Saya sampai saat ini ingin mengucapkan terima kasih kepada rekan cgp karena masing masing kami sudah saling support dan memberikan motivasi untuk  menjaga komitmen belajar menjadi guru penggerak yang hebat, tangguh dan tumbuh yang mengantarkan kami tak terasa sudah sampai pada modul 2.3 dengan tema praktik coaching untuk supervisi akademik. Dalam pengetahuan saya sebelumnya yang saya peroleh supervisi akademik adalah sesuatu yang menakutkan, keringat dingin saya keluar ketika saya mendengar akan disupervisi, namun setelah belajar dengan seksama bersama rekan cgp dan dibantu oleh Ibu fasilitator, saya memahami  Modul Coaching untuk Supervisi Akademik memberikan ruang bagi  diri saya sendiri untuk berlatih membangun komunikasi yang empatik dan memberdayakan sebagai Pemimpin Pembelajaran dan Kepala Sekolah dalam membuat perubahan strategis yang mampu menggerakan komunitas sekolah pada ekosistem belajar  yang ada di sekolah. Tentu saya harapan saya dengan  melakukan perubahan strategis yang sejalan semangat Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermakna dan kualitas sumber daya guru dan tenaga kependidikan dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid .

3.   apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 

 

yang sudah baik berkaitam dengan keterlibatan saya dalam proses belajar adalah saya sudah mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching: coaching presence (kehadiran penuh), mendengar aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching;


4. apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 

Yang perlu saya perbaiki terkait dengan keterlibatan saya dalam proses belajar adalah saya harus banyak belajar lagi dalam  membedakan coaching dengan pengembangan diri lainnya, yaitu mentoring, konseling, fasilitasi, dan training, saya juga perlu memperbaikin pengetahua saya dalam membedakan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat;


5. keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Sejauh ini kompetensi saya menjadi seorang guru penggerak saya merasakan terus berkembang, dengan berlatih dan belajar bersama sama kematangan diri pribadi saya merasakan saya menjadi pribadi pribadi yang disiplin, mau berlatih, bertanya dan belajar serta haus akan ilmu baru.

6.     memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

Pertanyaan kritis yang muncul dalam diri saya adalah

·       Bagaimana saya bisa memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip dan coaching dengan baik ?

·       Apakah saya bisa mempraktikan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan paradigma berpikir coaching ?

·       Bagaimana cara saya dalam menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi coaching dengan materi-materi sebelumnya  yaitu pembelajaran diferensiasi dan kompetensi social emosional dan  bagimana cara saya membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama mengikuti proses pembelajaran ini ?


7. mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

 

Dalam pemikiran saya pribadi alur TIRTA itu seperti cara saya dalam menjelaskan dengan murid murid untuk menjawab soal fisika dengan bentuk hitungan bercerita, jadi saya melakukan langkah apa yang ketahui dari soal, apa yang ditanya dari soal baru saya mulai melanjutkan langkah selanjutnya untuk menjawab.

Saya sadar secara pribadi saya pernah melakukan praktik coaching dengan rekan saya, tetapi yang kami lakukan diawal itu tidak membuat tujuan dari percakaapan itu apa, sehingga percakapan berlangsung lama, tetapi tidak ada aksi dan tanggung jawab, saya sadar saya hanya melakukan obrolan ngalor ngidul yang tidak jelas, oleh karena itu alur TIRTA dalam pemikiran saya pribadi saya akan berusaha menerapkan dalam kehidupan sehari hari baik di rumah atau disekolah, dengan harapan percakapan yang saya lakukan bersama rekan bicara itu ada tujuan dan dapat memecahkan masalah, bukan menambah masalah.


8. menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)

 

Tantangan saya  dalam mempraktikan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan paradigma berpikir coaching adalah bagaimana saya bisa melakukan supervise akademik dengan guru yang lebih senior, yang memiliki pengalaman mengajar lebih banyak, jujur saya merasa takut. Kemudian tantangan yang saya hadapi lagi adalah saya masih kesulitan membedakan  jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi, semoga saya bisa menaklukan tantangan itu, siap belajar degan lebih baik lagi.

 

 


9. memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Alternatif dari tantangan saya adalah saya berusaha untuk menghadap guru senior bicara baik baik dan menyampaikan tujuan saya yaitu, saya ingin melakukan supervise akademik, jika saya ditolak, maka saya tidak boleh memaksakan, saya harus bersabar terlebih dahulu dan focus dengan rekan lain yang mau disupervisi. Kemudian untuk alternative solusi dari dari tantangan kedua yang saya hadapi adalah saya akan membuat lebih banyak catatan kecil yang berguna untuk diri saya sendiri sebagai panduan untuk melakukan percakapan coaching
dalam membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi

10. Pengalaman masa lalu

 

Masa lalu saya ketika saya akan diobservasi atau disupervisi oleh kepala sekolah, saya merasa takut dan gugup, sepertinya ingin berlari dan menghindar saja dan mencari cari alasan bagaimana jika bukan saya yang diobserver , jika bisa guru lain saja.


11. Penerapan di masa mendatang

Setelah mempelajari praktik coaching untuk supervisi akademik, penerapan di masa mendatang saya ingin menjadi supervisor, dengan membaca dan melakukan praktik coaching bersama rekan cgp saya mendapatkan ilmu bahwa Proses coaching  yang dilakukan adalah sebagai bentuk komunikasi pembelajaran antara guru dan murid,  dengan melakukan praktik coaching murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran  saya sebagai pendidik juga  sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.  Semboyan “ Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, “ akan menjadi semangat saya,  yang menguatkan keterampilan saya dalam membangun komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani akan  menjadi kekuatan saya  dalam  melakukan pendekatan proses coaching dengan memberdayakan semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang  guru dengan semangat Tut Wuri Handayani,  saya akan berusaha menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among atau menuntun.


12. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Praktik baik yang saya lakukan dalam modul lain saya melakukan praktik coaching  ini dengan kompetensi sosial emosional. Di kelas  praktik coaching dengan penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional saya berusahan meningkatkan berbagai perspektif dan pengalaman murid, dengan melakukan praktik coaching  yang berusaha  melibatkan murid sebagai pemimpin, pemecah, dan pembuat keputusan.


13. informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

Saya mendapatkan informasi lain dengan membaca referensi di guruberbagi.com dan youtube.

 

2.     Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran?

keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran  adalah dengan menggunakan  Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat  sebagai pemimpin pembelajaran  yang menguatkan keterampilan komunikasi  baik dengan guru , tendik , wali murid dan murid  dengan menggunakan pendekatan coaching. Dalam menjalin relasi  sebagai pemimpin pembelajaran dengan guru, tendik , wali murid dan murid  , pemimpin pembelajaran seorang coach diharapkan  dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dan memaksimalkan potesi yang ada dalam dirinya  dalam melakukan pemecahan masalah .  Dengan paradigm berpikir among  yaitu 1.  Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan 2. Bersikap terbuka dan ingin tahu 3. Memiliki kesadaran diri yang kuat 4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan diharapkan seorang pemimpin pembelajaran dapat mengembangkan kompetensi guru agar dapat melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid.

 

 Lokakarya kedua kegiatan diatas adalah saat lembar kerja rencana penyampaian penerapan disiplin di sekolah, adapun kegiatan saya adalah : 1...

Artikel Populer