1.
Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di
sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu
pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?
1. pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh
Materi pembelajaran yang baru saja
saya peroleh adalah prinsip dan paradigma coaching untuk supervise akademik.
Saya juga belajar tentang alur TIRTA, TIRTA merupakan satu model coaching untuk konteks pendidikan.
TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah
diaplikasikan, yaitu GROW model. Model TIRTA dikembangkan dengan semangat
merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal
ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk menggali potensi murid agar
menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan
praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.
TIRTA kepanjangan dari T: Tujuan I:
Identifikasi R: Rencana aksi TA: Tanggung jawab. Dari segi bahasa, TIRTA
berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita
adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya.
Kita, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa
sumbatan.
- Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha
untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan
belajar individu setiap murid (Tomlinson 2000). Sebelum merancang pembelajaran
berdiferensiasi, terlebih dahulu kita dapat memetakan kebutuhan belajar murid,
paling tidak berdasarkan 3 aspek, yaitu aspek kesiapan, minat dan profil murid.
Ketiga aspek tersebut dapat ditelusuri dari murid salah satunya melalui proses
coaching. Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk mengoptimalkan pembelajaran
dan tentunya hasil dari pembelajaran murid diperlukan pembelajaran yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar murid. Pembelajaran
berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai
hasil belajar yang optimal karena Pembelajaran berdiferensiasi berakar pada
pemenuhan kebutuhan belajar murid dan guru merespon kebutuhan belajar murid
tersebut.
- Modul 2.2 Pembelajaran Sosial
Emosional
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah
pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah.
Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh
dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek
sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk 1)
memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi 2)
menetapkan dan mencapai tujuan positif 3)merasakan dan menunjukkan empati
kepada orang lain 4)membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta
5)membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dalam membimbing murid membuat
keputusan yang bertanggung jawab salah satunya dapat dilakukan dengan proses
coaching.
Pembelajaran Sosial-Emosional berbasis
kesadaran penuh untuk mewujudkan kesejahteraan (well-being). Kompetensi Sosial
Emosional tersebut yaitu kesadaran diri (pengenalan emosi), pengelolaan diri
(pengenalan emosi dan fokus), kesadaran diri (empati), keterampilan sosial
(resiliensi) dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.
2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar
Saya
sampai saat ini ingin mengucapkan terima kasih kepada rekan cgp karena masing
masing kami sudah saling support dan memberikan motivasi untuk menjaga komitmen belajar menjadi guru
penggerak yang hebat, tangguh dan tumbuh yang mengantarkan kami tak terasa
sudah sampai pada modul 2.3 dengan tema praktik coaching untuk supervisi
akademik. Dalam pengetahuan saya sebelumnya yang saya peroleh supervisi
akademik adalah sesuatu yang menakutkan, keringat dingin saya keluar ketika
saya mendengar akan disupervisi, namun setelah belajar dengan seksama bersama
rekan cgp dan dibantu oleh Ibu fasilitator, saya memahami Modul Coaching untuk Supervisi Akademik
memberikan ruang bagi diri saya sendiri
untuk berlatih membangun komunikasi yang empatik dan memberdayakan sebagai
Pemimpin Pembelajaran dan Kepala Sekolah dalam membuat perubahan strategis yang
mampu menggerakan komunitas sekolah pada ekosistem belajar yang ada di sekolah. Tentu saya harapan saya
dengan melakukan perubahan strategis
yang sejalan semangat Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
yang bermakna dan kualitas sumber daya guru dan tenaga kependidikan dalam
mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid .
3.
apa yang sudah baik berkaitan dengan
keterlibatan dirinya dalam proses belajar
yang sudah baik berkaitam dengan keterlibatan
saya dalam proses belajar adalah saya sudah mempraktikkan tiga kompetensi inti
coaching: coaching presence (kehadiran penuh), mendengar aktif, dan mengajukan
pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching;
4. apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses
belajar
Yang perlu saya perbaiki terkait dengan keterlibatan saya
dalam proses belajar adalah saya harus banyak belajar lagi dalam membedakan coaching dengan pengembangan diri
lainnya, yaitu mentoring, konseling, fasilitasi, dan training, saya juga perlu
memperbaikin pengetahua saya dalam membedakan antara coaching, kolaborasi,
konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat;
5. keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
Sejauh ini kompetensi saya
menjadi seorang guru penggerak saya merasakan terus berkembang, dengan berlatih
dan belajar bersama sama kematangan diri pribadi saya merasakan saya menjadi
pribadi pribadi yang disiplin, mau berlatih, bertanya dan belajar serta haus
akan ilmu baru.
6.
memunculkan pertanyaan kritis yang
berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh
Pertanyaan
kritis yang muncul dalam diri saya adalah
·
Bagaimana
saya bisa memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip dan
coaching dengan baik ?
·
Apakah
saya bisa mempraktikan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan paradigma
berpikir coaching ?
·
Bagaimana
cara saya dalam menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi coaching dengan
materi-materi sebelumnya yaitu
pembelajaran diferensiasi dan kompetensi social emosional dan bagimana cara saya membuat refleksi
berdasarkan pemahaman yang dibangun selama mengikuti proses pembelajaran ini ?
7. mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali
wawasan (insight) baru
Dalam
pemikiran saya pribadi alur TIRTA itu seperti cara saya dalam menjelaskan
dengan murid murid untuk menjawab soal fisika dengan bentuk hitungan bercerita,
jadi saya melakukan langkah apa yang ketahui dari soal, apa yang ditanya dari
soal baru saya mulai melanjutkan langkah selanjutnya untuk menjawab.
Saya
sadar secara pribadi saya pernah melakukan praktik coaching dengan rekan saya,
tetapi yang kami lakukan diawal itu tidak membuat tujuan dari percakaapan itu
apa, sehingga percakapan berlangsung lama, tetapi tidak ada aksi dan tanggung
jawab, saya sadar saya hanya melakukan obrolan ngalor ngidul yang tidak jelas,
oleh karena itu alur TIRTA dalam pemikiran saya pribadi saya akan berusaha menerapkan
dalam kehidupan sehari hari baik di rumah atau disekolah, dengan harapan
percakapan yang saya lakukan bersama rekan bicara itu ada tujuan dan dapat
memecahkan masalah, bukan menambah masalah.
8. menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat
sekolah maupun daerah)
Tantangan
saya dalam mempraktikan rangkaian supervisi akademik
yang berdasarkan paradigma berpikir coaching adalah bagaimana saya bisa
melakukan supervise akademik dengan guru yang lebih senior, yang memiliki
pengalaman mengajar lebih banyak, jujur saya merasa takut. Kemudian tantangan
yang saya hadapi lagi adalah saya masih kesulitan membedakan jalannya percakapan coaching untuk membuat
rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi,
semoga saya bisa menaklukan tantangan itu, siap belajar degan lebih baik lagi.
9. memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Alternatif dari tantangan saya adalah saya berusaha untuk menghadap guru senior
bicara baik baik dan menyampaikan tujuan saya yaitu, saya ingin melakukan
supervise akademik, jika saya ditolak, maka saya tidak boleh memaksakan, saya
harus bersabar terlebih dahulu dan focus dengan rekan lain yang mau
disupervisi. Kemudian untuk alternative solusi dari dari tantangan kedua yang
saya hadapi adalah saya akan membuat lebih banyak catatan kecil yang berguna
untuk diri saya sendiri sebagai panduan untuk melakukan percakapan coaching dalam membuat rencana, melakukan refleksi,
memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi
10.
Pengalaman masa lalu
Masa lalu saya ketika saya akan diobservasi
atau disupervisi oleh kepala sekolah, saya merasa takut dan gugup, sepertinya
ingin berlari dan menghindar saja dan mencari cari alasan bagaimana jika bukan
saya yang diobserver , jika bisa guru lain saja.
11. Penerapan di masa mendatang
Setelah
mempelajari praktik coaching untuk supervisi akademik, penerapan di masa
mendatang saya ingin menjadi supervisor, dengan membaca dan melakukan praktik
coaching bersama rekan cgp saya mendapatkan ilmu bahwa Proses coaching yang dilakukan adalah sebagai bentuk
komunikasi pembelajaran antara guru dan murid,
dengan melakukan praktik coaching murid diberikan ruang kebebasan untuk
menemukan kekuatan dirinya dan peran
saya sebagai pendidik juga
sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang
ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa
membahayakan dirinya. Semboyan “ Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun
Karsa, Tut Wuri Handayani, “ akan menjadi semangat saya, yang menguatkan keterampilan saya dalam
membangun komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut
Wuri Handayani akan menjadi kekuatan
saya dalam melakukan pendekatan proses coaching dengan
memberdayakan semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang guru dengan semangat Tut Wuri Handayani, saya akan berusaha menghayati dan memaknai
cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan
pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi
dengan semangat among atau menuntun.
12. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah
dipelajari
Praktik
baik yang saya lakukan dalam modul lain saya melakukan praktik coaching ini dengan kompetensi sosial emosional. Di kelas praktik coaching dengan penerapan
Pembelajaran Sosial dan Emosional saya berusahan meningkatkan berbagai
perspektif dan pengalaman murid, dengan melakukan praktik coaching yang berusaha
melibatkan murid sebagai pemimpin, pemecah, dan pembuat keputusan.
13. informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.
Saya
mendapatkan informasi lain dengan membaca referensi di guruberbagi.com dan
youtube.
2.
Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan
pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?
keterkaitan keterampilan coaching dengan
pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran adalah dengan menggunakan Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing
Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat sebagai pemimpin pembelajaran yang menguatkan keterampilan komunikasi baik dengan guru , tendik , wali murid dan
murid dengan menggunakan pendekatan
coaching. Dalam menjalin relasi sebagai
pemimpin pembelajaran dengan guru, tendik , wali murid dan murid , pemimpin pembelajaran seorang coach
diharapkan dapat membantu seorang
coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dan memaksimalkan potesi yang ada
dalam dirinya dalam melakukan pemecahan
masalah . Dengan paradigm berpikir
among yaitu 1. Fokus pada coachee/rekan yang akan
dikembangkan 2. Bersikap terbuka dan ingin tahu 3. Memiliki kesadaran diri yang
kuat 4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan diharapkan seorang pemimpin
pembelajaran dapat mengembangkan kompetensi guru agar dapat melakukan
pembelajaran yang berpihak pada murid.